Stephen J.
Stephen J.

Dipublikasikan 20 Juli 2025

8 Prinsip Desain Motion untuk Meningkatkan Brand Anda🎯

Di tengah persaingan digital yang kian ketat, motion design bukan lagi sekadar “hiasan”. Mulai dari logo yang muncul dengan fade-in elegan hingga micro-interaction saat tombol ditekan, setiap gerakan visual berpotensi membangun kesan mendalam di benak pengguna. Artikel ini membahasa pengalaman tim Webflow yang saya dapat di blog dribbble menjadi panduan yang relevan bagi startup, agensi, maupun developer independen di Indonesia yang ingin membangun motion principles sendiri tanpa membuat tim makin pusing.

Apa Itu Motion Design & Mengapa Penting untuk Brand Lokal?

Motion design adalah bahasa visual yang menggerakkan elemen-elemen non-live action: logo, ikon, hingga notifikasi. Di Indonesia, di mana pengguna mobile lebih banyak “membolak-balik” aplikasi dalam hitungan detik, transisi yang halus bisa memperpanjang waktu interaksi. Lebih dari itu, gerakan yang disengaja menciptakan personality brand mengubah UI yang datar menjadi pengalaman yang lebih manusiawi. Bayangkan GrabTanpa animasi loading berwarna hijau-putih yang khas atau Tokopedia tanpa bounce ikon keranjang: mereka akan terasa kurang “hidup”.

8 Prinsip Motion Design yang Bisa Langsung Diterapkan

1. Mulai dari Pesan Inti Brand

Sebelum membuka After Effects atau Figma, tanyakan: “Cerita apa yang mau disampaikan?” dan “Emosi apa yang ingin dirasakan user Indonesia?” Di pasar yang gemar konten feel-good seperti Indonesia, jawaban kedua pertanyaan ini akan menentukan 80% keputusan desain, mulai dari kecepatan transisi hingga pemilihan easing curve.

2. Belajar dari Kompetitor, Tetapi Sesuaikan Konteks

Buat mood board dari aplikasi lokal (Blibli, Traveloka, atau bank digital seperti Jenius) dan global (Stripe, Apple) lalu cocokkan dengan tone brand Anda. Contoh: Jika target Anda anak muda Gen-Z yang kreatif di Bandung, motion yang lebih eksperimental, seperti elastic overshoot bisa jadi pilihan. Namun, jika audiens Anda profesional di Jakarta, transisi ease-in-out yang lebih tenang lebih cocok.

3. Libatkan Tim Lintas Fungsi

Motion bukan tugas solo. Ajak UI designer, UX researcher, bahkan developer untuk menilai apakah gerakan yang Anda buat terlalu berat di ponsel entry-level yang masih ramai digunakan di tier-2 & tier-3 Indonesia. Feedback loop ini mencegah revisi berulang saat fitur sudah masuk sprint development.

4. Desain untuk Sistem, Bukan Satu Halaman

Alih-alih membuat animasi hero yang spektakuler tapi hanya dipakai sekali, fokus pada komponen yang dipakai berulang seperti tombol utama, toast notification, atau skeleton loader. Dengan begitu, brand Anda terasa konsisten di seluruh ekosistem produk, mulai dari landing page hingga email newsletter.

5. Sesuaikan Skala Gerakan dengan Skala Momen

Peluncuran fitur besar layaknya kartu kredit digital baru mungkin memerlukan hero animation selama 1,5 detik. Sebaliknya, hover effect di dashboard admin cukup 150 ms agar tidak mengganggu alur kerja. Menyamakan “volume” gerakan dengan “volume” momen menghindari kesan over-engineering.

6. Pastikan Bisa Diproduksi Masal

Sebelum menyetujui konsep, hitung berapa lama developer butuh untuk implementasi. Jika satu transisi butuh 3 jam koding khusus dan akan dipakai di 40 layar, Anda butuh 120 jam ekstra. Tanyakan: “Apakah impact-nya sepadan?” Jika tidak, turunkan kompleksitas atau buat versi lite.

7. Jangan Berlebihan—Pikirkan Aksesibilitas

Gerakan berlebihan bisa memicu motion sickness atau bermasalah bagi pengguna dengan disabilitas visual. Di Indonesia, di mana kuota internet masih mahal, animasi berat juga memaksa user menonaktifkan gambar. Gunakan preferensi reduced-motion di CSS untuk menyediakan versi statis otomatis.

8. Dokumentasikan & Distribusikan Guidelines

Buatlah satu halaman Notion atau Confluence berisi:

  • Prinsip easing (mis. ease-in-out untuk tombol, spring untuk modal)
  • Durasi standar (150 ms, 300 ms, 600 ms)
  • File asset siap pakai (Lottie, GIF, atau SVG) Ini mempercepat onboarding designer baru dan memastikan konsistensi saat tim makin besar.

Kesimpulan

Membangun motion design principles adalah iterasi tanpa akhir. Mulailah dengan satu komponen kecil misalnya, loading skeleton di halaman cek out, lalu perluas ke bagian lain. Dengan 8 prinsip di atas, Anda tidak hanya membuat UI lebih “eye-catching”, tapi juga membangun brand recall yang kuat di benak jutaan pengguna Indonesia. Sudah siap mencoba? Bagikan hasil eksperimen motion Anda di kolom komentar DEVMODE dan diskusikan langsung dengan sesama developer serta designer Indonesia!

Referensi: https://dribbble.com/stories/2024/05/17/8-tips-for-developing-motion-design-principles