Revano Aksa
Revano Aksa

Dipublikasikan 23 Juli 2025

10 Langkah Developer Indonesia Bertahan di Era AI

Pernah merasa deg-degan saat membaca judul berita "AI Bakal Gantikan 300 Juta Pekerjaan"? Saya pun juga. Namun, setelah menelaah laporan Forbes Coaches Council dan mengobrol dengan puluhan engineer di network saya, satu hal jelas: yang terancam bukan pekerjaan, melainkan pekerja yang enggan beradaptasi.

10 Cara Agar Tetap Bertahan di Era AI

Berikut sepuluh langkah konkret, tanpa basa-basi untuk tetap relevan di tengah gelombang AI.

1. Ubah Mindset: Belajar AI = Upgrade Gaji

Upgrade mindset dengan AI

Di kantor saya, junior backend yang biasa handle CRUD sederhana ikut kursus AI for Everyone selama empat minggu. Bulan berikutnya, ia diajak tim data science untuk prototyping chatbot internal. Hasilnya: naik gaji 30 %. Kesimpulannya, investasi belajar AI kian nyata hasilnya daripada menunggu kenaikan tahunan.

2. Pahami Batasan AI, Jangan Dibatasi AI

Pahami keterbatasan AI

AI cepat menulis kode, tetapi belum mampu menilai dampak bisnis. Contoh nyata: tim kami pakai GitHub Copilot untuk generate unit test. Sementara itu, kami fokus pada analisis risiko keamanan yang tetap membutuhkan naluri manusia. Jadi, tugas kita bukan menyaingi AI, tapi mengisi celah yang tidak bisa dijangkaunya.

3. Bangun Personal Brand, Bukan Sekadar CV

Portofolio daring kini berperan seperti kartu nama zaman now. Tiga langkah singkat:

  • Satu kali seminggu, publikasikan snippet atau case study di DEVMODE.id.
  • Gunakan foto profil LinkedIn yang sama di semua platform agar mudah dikenali.
  • Sertakan impact statement (“fitur X menaikkan konversi 12 %”) di setiap proyek.

Hasilnya: recruiter yang tadinya cold email berubah jadi warm intro lewat mutual connection.

4. Jadi Operator Terbaik, Bukan Spesialis Lama

Copilot, Cursor, Bolt—pilih satu dan kuasai shortcut-nya. Di tim saya, engineer yang paham prompt engineering di Cursor bisa menyelesaikan feature flag 40 % lebih cepat. Manajemen melihatnya sebagai multiplier, bukan biaya tambahan.

5. Pelajari Business Why di Balik Kode

AI menghasilkan pull request, tetapi tidak menjelaskan manfaatnya bagi user. Contoh: kita bisa menulis algoritma rekomendasi dalam satu jam, namun bila tidak tahu pain point pembeli warung kopi online, fitur itu hanya jadi bloatware. Menguasai konteks bisnis membuat kita sulit tergantikan.

6. Kursus Online + Sertifikasi = Voucher Masa Depan

Kombinasi yang terbukti ampuh:

  • Coursera – Machine Learning Specialization (pakai subsidi Kartu Prakerja).
  • Dicoding – Belajar AI untuk Developer.
  • LinkedIn Learning – Communicating with Data.

Sertifikat tidak menjamin pekerjaan, tetapi mempercepat proses screening HR.

7. Teknis Tinggi, Empati Lebih Tinggi

Ketika tim QA stres karena release mendadak, AI tidak bisa menenangkan mereka. Saya coba pendekatan sederhana: stand-up 15 menit di pantry dengan camilan gratis. Empati ini mempercepat bug fix dua hari lebih cepat dibanding deadline semula.

8. Pantau Tren, Tapi Filter Kebisingan

Langkah praktis:

  • Langganan newsletter Tech in Asia Indonesia dan Daily.dev.
  • Gunakan Google Alerts kata kunci “AI regulation Indonesia”.
  • Setiap Jumat, catat tiga insight terpenting dalam satu tweet atau LinkedIn post.

Metode ini mencegah FOMO sekaligus membangun reputasi sebagai curator informasi.

9. Kreativitas Kontekstual: Solusi Lokal untuk Masalah Lokal

AI bisa menghadirkan 100 desain UI, tetapi tidak tahu bahwa ibu-ibu di pasar tradisional lebih suka ikon besar dan kontras tinggi. Dengan memahami konteks lokal, kita menambah nilai yang tidak bisa di-generate oleh model global.

10. AI Sebagai Penghemat Waktu, Bukan Pencuri Waktu

Gunakan AI untuk otomatisasi unit test atau dokumentasi API. Waktu yang tersisa pakai untuk eksperimen: membuat chatbot Bahasa Jawa untuk UMKM, atau prototype AR untuk peta kuliner Kota Tua. Percayalah, proyek sampingan inilah yang sering kali menjadi pembeda saat wawancara kerja.

Penutup: Langkah Pertama di Hari Ini

Tuliskan tiga poin yang paling relevan dengan pekerjaanmu saat ini. Jadwalkan satu jam hari ini untuk mulai mengerjakannya. Tidak perlu sempurna; yang penting bergerak. Sebab, di era AI, yang stagnan-lah yang paling cepat ditinggalkan.