Dipublikasikan 20 Juli 2025
Sejak awal 2024, gelombang AI code editor terus melonjak. Cursor sempat jadi primadona karena membuat koding semudah berbincang. Namun Amazon tak tinggal diam, mereka meluncurkan Kiro, IDE AI yang dibangun dari nol dan terintegrasi erat dengan Amazon Q dan Q Pro. Artikel ini menelisik perbedaan kedua alat tersebut, yang mungkin bisa memberikan insight untuk Anda.
Cursor berbasis fork Visual Studio Code, sehingga transisi dari VS Code hampir tanpa gesekan. Fitur utamanya berputar di sekitar asisten AI yang mengetahui konteks kode Anda. Anda bisa menulis komentar seperti buatkan fungsi login dengan OTP via WhatsApp dan Cursor langsung menghasilkan potongan kode Python atau Node.js yang bisa Anda terima atau tolak per baris.
Kelebihannya adalah kecepatan onboarding cukup unduh, login, dan Anda sudah bisa meminta refactoring atau debug inline. Cursor sangat cocok untuk side project, hackathon, atau tim kecil beranggotakan dua-tiga developer yang mengutamakan kecepatan eksperimen daripada governance.
Namun, Cursor mulai terasa sesak ketika bekerja dengan monorepo berukuran besar atau ketika Anda butuh pengetahuan lintas mikroservis. Ia tidak memiliki memori jangka panjang; setiap kali Anda membuka ulang IDE, percakapan kemarin lenyap. Untuk perusahaan yang menerapkan standar keamanan ketat seperti PCI-DSS atau ISO-27001, Cursor juga memerlukan konfigurasi manual seputar secret scanning dan role-based access.
Kiro bukan sekadar "VS Code berfitur AI". Ia dibangun ulang agar agent Amazon Q Pro bisa berjalan sebagai proses latar belakang yang mengingat seluruh konteks proyek, dari desain arsitektur di Confluence hingga deployment script CloudFormation di repo infra. Percakapan Anda pada sprint lalu tetap tersimpan; saat Anda kembali, Kiro melanjutkan dengan kalimat: Kemarin kita sudah coba cache Redis, ternyata hit ratio masih 60%. Apakah kita lanjut ke in-memory LRU?
Bagi perusahaan fintech atau e-commerce Indonesia yang sudah berjalan di AWS, Kiro terasa seperti IDE "plug-and-play". Ia mengenali IAM role Anda, mengetahui VPC ID tempat database staging berada, serta bisa membangkitkan pull request otomatis yang mematuhi security group dan NACL yang sudah ditetapkan tim DevOps.
Misalnya tim security Anda menemukan CVE baru di sebuah library. Dengan Cursor, Anda mungkin harus menelusuri GitHub issue, buat branch, lalu ajukan PR manual.
Kiro mengeksekusi alur berikut dalam hitungan menit:
Semua langkah di atas terjadi tanpa menyentuh laptop Anda, cukup masukkan perintah:
Plain Text
Q Pro, patch CVE-2024-22245 untuk semua servis billing.
Perbandingan Cursor VS Kiro
Perlu dicatat, Kiro masih dalam early release dan baru mendukung sebagian bahasa populer seperti Python, Java, dan TypeScript. Jika tim Anda masih menggunakan bahasa niche, misalnya Erlang atau COBOL, Cursor tetap pilihan aman.
Cursor membuktikan bahwa IDE masa depan adalah IDE yang mengerti bahasa manusia. Kiro melangkah lebih jauh: ia mengerti bahasa manusia dan bahasa organisasi, mulai dari IAM policy hingga sejarah keputusan arsitektur. Bila Anda sudah berinvestasi di AWS dan mengincar time-to-market lebih cepat tanpa mengorbankan kepatuhan, mulailah pilot project Kiro pada satu squad. Evaluasi selama dua sprint, lalu bandingkan metrik lead time untuk change request sebelum dan sesudah Kiro.
Selamat bereksperimen, dan sampai jumpa di artikel saya selanjutnya👋🙂